Emaar Properties – raksasa real estate Uni Emirat Arab yang berada di balik gedung pencakar langit Dubai, Burj Khalifa – baru-baru ini melakukan kunjungan lapangan ke ibu kota baru Indonesia, Nusantara.
Emaar Properties mengundang pendirinya Mohamed Alabbar dalam perjalanan ini, menurut pernyataan pers yang dikeluarkan pada hari Senin. Tuan rumah Emaar akan dihadiri oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dan Kepala Badan Otorita Nusantara Bambang Susantono. Kemajuan megaproyek senilai $33 miliar ini tampaknya membuat Alabbar terkesan ketika ia mengisyaratkan kemungkinan berinvestasi di ibu kota masa depan yang terletak di Kalimantan Timur.
“Saya tidak pernah menyadari keindahan negeri ini. … Ini adalah sesuatu yang sangat indah. Saya benar-benar berpikir upaya [untuk menghasilkan] desain berkualitas, kualitas konstruksi, dan kecepatan adalah sesuatu yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Mulai sekarang saya tahu ini akan menjadi tempat yang indah,” kata Alabbar.
“Saya berharap Anda semua sukses. Saya berharap suatu saat kami berpartisipasi dan berkontribusi terhadap pencapaian luar biasa yang Anda miliki ini,” tambah Alabbar.
Emaar mengembangkan gedung tertinggi di dunia, Burj Khalifa. Pencakar langit ini berdiri setinggi lebih dari 828 meter dan memiliki lebih dari 160 lantai. Meski Erick hadir, keterangan pers tersebut tidak merinci apakah ada pembicaraan kemungkinan Emaar bekerja sama dengan BUMN Indonesia untuk proyek Nusantara.
Erick mengatakan, Presiden Joko “Jokowi” Widodo telah menginstruksikan pemerintah untuk mendatangkan investor asing dari seluruh dunia untuk mempercepat pembangunan kota tersebut. “Jadi mudah-mudahan kita bisa mendapatkan investasi dari teman-teman di sini untuk memacu pertumbuhan ekonomi kita,” kata Erick.
Uni Emirat Arab (UEA) tidak masuk dalam daftar investor asing terbesar Indonesia. Data pemerintah menunjukkan bahwa UEA hanya menempati peringkat ke-40 dari 138 negara sebagai sumber investasi asing langsung terbesar di Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024. UEA menginvestasikan sekitar $4,1 juta di Indonesia selama periode tersebut, dengan dana yang disalurkan ke 170 proyek.
Pemerintah hanya berencana mendanai 20 persen dari total biaya pembangunan Nusantara dari awal. Sisa pendanaan akan berasal dari sektor swasta.