Indonesia telah mencatat surplus anggaran negara sebesar Rp 75,7 triliun ($4,7 miliar) atau sekitar 0,33 persen dari produk domestik bruto Indonesia pada tanggal 30 April.
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga melaporkan neraca primer mengalami surplus sebesar Rp 237,1 triliun.
“APBN dan neraca primer kita masih surplus. APBN kita terutama dipengaruhi oleh kondisi global saat ini,” kata Sri Mulyani dalam jumpa pers di Jakarta, Senin.
Indonesia membukukan pendapatan negara sebesar Rp 924,9 triliun, sekitar 33 persen dari target Rp 2.802,3 triliun. Namun, penerimaan negara secara keseluruhan mengalami penurunan sebesar 7,6 persen year-on-year (yoy). Sri Mulyani mengaitkan penurunan tersebut dengan melonjaknya harga komoditas pada tahun 2023.
Sekitar Rp 624,2 triliun dari keseluruhan penerimaan negara berasal dari pajak. Pemerintah menargetkan penerimaan pajak sebesar Rp 2.309,9 triliun, artinya baru mencapai 31,38 persen dari target. Penerimaan negara sebesar Rp 95,7 triliun berasal dari bea dan cukai. Penerimaan negara bukan pajak mencapai Rp 203,3 triliun.
Total belanja pemerintah mencapai Rp 849,2 triliun hingga 30 April. Jumlah tersebut setara 25,5 persen dari pagu anggaran tahun ini sebesar Rp 3.324,1 triliun. Jadi belanja negara naik 10,9 persen yoy, kata Sri Mulyani.