Peserta World Water Forum menyambut dengan tarian tradisional

Peserta World Water Forum ke-10 disambut dengan penampilan tari tradisional Rejang Kesari setibanya di Kawasan Tujuan Wisata (DTW) Jatiluwih di Kabupaten Tabanan, Bali, Sabtu.

Manajer Operasional DTW Jatiluwih Ketut Purna menjelaskan, tarian yang dipersiapkan untuk menyambut 124 peserta dari berbagai negara ini melambangkan persembahan kepada Dewi Sri yang merupakan simbol kesuburan lahan pertanian, khususnya padi.

“Warga Desa Jatiluwih sudah dua minggu berlatih tarian ini,” ungkap Purna.

Usai menikmati pertunjukan tari, para peserta kemudian diarahkan untuk mengikuti tur menyusuri persawahan dan menyaksikan dari dekat sistem irigasi Subak serta cara menumbuk padi.

“Mereka tampak takjub selama tur,” ujarnya.

Menurut Purna, beberapa peserta sepakat bahwa tarian penyambutan dan tur tersebut merupakan yang terbaik diantara destinasi wisata lainnya di Bali.

“Saya bersyukur kalau mereka berpikiran seperti itu,” tandasnya.

Ia menegaskan, World Water Forum ke-10 di Bali memberikan dampak positif bagi sektor pariwisata, khususnya objek wisata Jatiluwih.

Data pengurus DTW Jatiluwih, sebelum gelaran World Water Forum ke-10 di Nusa Dua, kunjungan wisatawan per hari mencapai 800 orang.

Sedangkan pada acara World Water Forum, jumlah wisatawan meningkat menjadi 1.500 orang per hari.

“Peningkatan kunjungan mencapai 50 persen. Ini dampak positif yang ditimbulkan dari acara tersebut,” ujarnya.

Sementara itu, Navya, peserta asal Kanada, mengatakan selain menyaksikan keindahan persawahan di Jatiluwih, ia bersama rombongan juga datang untuk meninjau dan mempelajari sistem irigasi Subak serta seni budaya di Bali.

“Ini pengalaman yang luar biasa, bisa melihat langsung bagaimana Subak bisa mengairi sawah yang begitu luas. Tarian Bali yang menyambut kami juga bagus. Gerak-gerik penarinya luwes sekali. Saya harap bisa mempelajarinya,” ujarnya. .

Category:
News

Leave a Comment